Banyak cerita menarik yang saya temui ketika memutuskan untuk bergabung dalam proyek pendek Turn Around Pertamina RU-IV ini. Mulai dari pengalaman pertama kali masuk ke dalam kilang produksi, bekerja di dalam perusahaan plat merah dengan budaya khasnya, sampai bertemu dengan uniknya personil di dalam tim.

Apa itu TA?

Turn Around atau yang biasa disebut TA adalah kegiatan maintenance besar-besaran yang dilakukan perusahaan untuk merawat peralatan produksi di dalam kilang. Jadi area kilang yang melakukan TA akan menghentikan kegiatan produksinya (shutdown) selama kurun waktu tertentu --bisa hingga 40 hari-- kemudian peralatannya akan dibersihkan atau bahkan diganti dengan peralatan dengan fitur yang lebih modern. Kegiatan TA di RU-IV tahun ini merekrut hingga 8.500 pekerja dengan luas area terbesar sepanjang sejarah TA di RU-IV.

Kilang Pertamina RU-IV Cilacap (Sumber: www.ekonomi.bisnis.com)

Proses Rekrutmen

Awal September 2019, istri saya menawarkan untuk bergabung dalam proyek TA RU-IV ini. Dia mendapatkan informasi rekrutmen dari teman di divisinya, bahwa dibutuhkan desainer dan programmer disana untuk mendukung proses monitoring TA. Menurutnya, ini bisa menjadi langkah bagus untuk meluaskan networking perusahaan rintisan yang sedang saya bangun sekarang. Saya timbang matang-matang, dan akhirnya saya putuskan untuk mengirim email ke koordinatornya, Mas Reza, yang sekaligus menjadi supervisor saya nantinya. Besoknya saya diundang untuk interview, ngobrol sedikit tentang background saya, lalu dijelaskan nantinya saya akan ditempatkan di tim Project Monitoring Control (PMC) selama kurang lebih 40 hari dan bertugas sebagai pembuat laporan progress harian.

Prosesnya penerimaan terhitung cepat, namun saya harus melalui Medical Chek Up (MCU) yang menentukan hasil akhirnya. MCU disini terbilang ketat, banyak yang tidak lolos terutama karena berat badannya melebihi BMI yang ideal. Alhamdulillah saya bisa melewati MCU dengan lancar. Namun teman saya yang saya ajak untuk bergabung sempat tersendat di test buta warna, tapi akhirnya berjalan lancar berkat "surat sakti" rekomendasi Mas Reza. Heuheu...

Pengalaman Pertama Kali Masuk ke Kilang

Pertama kali masuk ke kilang membuat saya berdecak kagum. Tidak pernah kepikiran berkarir sebagai desainer aplikasi bisa akhirnya masuk dan bekerja di dalam kilang. Terperana saya melihat bagaimana pipa dan valve terbentang luas dimana-mana, tangki minyak berjajar rapi, melihat bagaimana raksasanya regenerator, mendengarkan betapa berisiknya furnace ketika beroperasi, dan melihat berbagai peralatan yang tidak tahu namanya berdiri megah di depan mata. Pertama kali pula saya mencium bau menyengat berbagai model, ada yang asam, busuk, wangi, kecut. Ada pipa yang sesekali mengeluarkan uap yang selalu saya hindari untuk melewatinya, padahal ternyata hanya uap air panas. Macam-macam, yang tentu membuat orang amatir seperti saya kagum dan terpesona oleh peralatan mekanikal buatan manusia ini.

View kilang (source: suarabanyumas.com)

Jangan Pernah Melihat ke Bawah

Saya pernah bekerja di lantai 22, atau meeting di lantai 32, atau mengunjungi klien di lantai 45 di salah satu gedung di Jakarta. Rasanya biasa saja ketika melihat dari jendela jalanan di bawah. Tapi ini berbeda. Tangan saya berkeringat gara-gara diajak Pak Harinoto naik ke kilang RFCC di lantai 10. Untuk diketahui, lantai di kilang memang didesain bolong-bolong (perforated floor) sehingga kita bisa melihat langsung lantai dasar tepat di bawah kaki kita. Angin meniup semriwing. Pegangan hanya setinggi pinggang. Pak Harinoto naik dengan cepat setiap anaktangga padahal usia jauh di atas saya. Sedangkan saya, berjalan pelan-pelan dengan mengucapkan istighfar dan misuh berbarengan setiap saat.

View RFCC lantai 10


Ngempet gemeter

Untuk naik ke lantai 10 kilang RFCC, ada 2 cara yang sama-sama membuat kaki gemetar. Pertama, kita menggunakan tangga yang lantainya bolong-bolong dengan pegangan hanya setinggi pinggang. Kalo tidak melihat pijakan kaki, nanti tersandung. Kalo melihat pijakan, kaki lemas terbayang rasanya jatuh ke bawah. Jika tidak menarik dengan tangga, gunakan opsi kedua, menggunakan lift portabel dengan bantuan mesin 1 kabel yang kasar bunyinya, yang beberapa kali sempat rusak karena terlalu sering digunakan. Pilihan yang sama-sama asu, batinku.
Pemasangan scaffolding untuk membongkar Heat Exchanger

Lift dengan 1 kabel. Tiang liftnya yang warna orange, kabelnya ngga keliatan

DEG yang dimaintenance

Penggantian panel UPS di salah satu area


Budaya Kerja Plat Merah

Menjadi bagian dalam proyek ini membuka wawasan saya tentang bagaimana perusahaan plat merah bekerja. Laporan berbentuk Word, Excel, Powerpoint dengan konten yang relatif sama namun berbeda format harus kita kerjakan setiap hari, karena pertanggung jawaban kita ada di beberapa tempat. Tidak efisien menurut saya, karena selain menghabiskan memori karena ukuran file harian yang besar --bisa hingga 23MB-- juga menghabiskan waktu dalam proses pengerjaannya. Human error juga pasti akan terjadi dalam pengerjaan laporan karena banyaknya format yang harus dikerjakan. Suatu saat Pertamina harus mencoba menerapkan Business Intelligence dan menerapkan input dan insight dari konsultan Business Intelligence (yang pasti orang eksternal Pertamina) demi efisiensi pekerjaan untuk pelaporan progress harian dan pelaporan lainnya.

Untuk jam kerja bisa dikatakan sangat padat, dimulai dari jam 1 siang hingga subuh dini hari. Meskipun terhitung tidak baik dalam life-balance namun jangan ditanya tentang makanan yang selalu hadir setiap saat. Siang hari ketika kita datang sudah diberi nasi kotak dengan minimal 2 lauk, susu, dan snack. Sore hari ada makanan sore untuk meeting, kadang rawon, bakso, kambing guling, tengkleng, dan sebagainya. Malam hari datang nasi kotak dengan buah dan minuman berenergi. Sesekali Pak Goklas membawa sisa snack meeting malam untuk kita. Masih belum berhenti, tengah malam datang martabak atau roti bakar kiriman Pak Slamet. Dan hampir setiap hari pula saya selalu membawa pulang nasi kotak yang tersisa yang tidak dimakan teman-teman di tim. Lumayan, untuk mamami dan Ibrohim, anakku di rumah. Hehehe

Merasa penat dan ingin rileks ketika bekerja? Kita bisa datang ke Maintenance Office untuk sekadar minum coklat dan capuccino dari coffee machine. Jus buah tersedia sore hari jika kita ingin minum minuman yang segar dan sehat. Sesekali kita bisa minta pijat ke terapis yang memang disediakan oleh perusahaan di jam siang hingga sore hari jam 16.00.

Tim Project Management Control

Dalam proyek ini saya bergabung dalam tim Project  Management Control yang di supervisi langsung oleh Mas Reza, dan bekerja di bawah Pak Goklas L. Tobing selaku salah satu section head di divisi TA. Tim ini bertugas untuk melihat langsung, mencari, dan mencatat progress atau masalah setiap pekerjaan TA dalam kilang yang kemudian dibuat laporan untuk management RU-IV sendiri dan untuk Pertamina Pusat di Jakarta. Tools yang kita gunakan bernama Primavera P6, tools premium yang sangat powerful untuk Project Control sebuah proyek besar seperti TA RU-IV ini.

Foto bareng bos Pak Goklas Lumban Tobing
Latar belakang personil di dalam tim juga macam-macam, dan kebanyakan baru pertama kali masuk ke kilang. Ada anak IT, biologi, akuntansi, mantan Anak Buah Kapal, welding inspector, ada juga veteran Pertamina alias Eks pekerja Pertamina (pensiunan). Tingkah polah karena setiap hari bertemu dalam kurun waktu yang lama membuat karakter asli masing-masing personil keluar. Sering ngakalin agar bisa nyolong tidur dan ngudut atau sekadar nonton film dan main sosial media, sering nyolong jatah snack atau susu teman, ngobrol masalah hobi teknologi atau tanaman atau hewan, ngomongin orang, hal yang kita lakukan setiap hari disana. Mengganti istilah "muter" untuk tidur dan istilah "tapping" untuk ngudut. Ngambek kemudian baikan, trus ngambek lagi. Haha.. Namun yang pasti, warna-warni karakter personil ini membuat tim ini menjadi lebih solid dan kuat. Thank you guys, team PMC TA 2019 Pertamina RU-IV Cilacap. 

One of the greatest things is team mates, and I have received it.

Jepret-jepret dulu sebelum ketahuan HSE

Selfie bareng dalam fields shack