Buruh Grafis Kembali Masuk ke Kilang Pengolahan Minyak


Pertamina RU VI Balongan

Salah satu hal yang sama sekali tidak pernah terbersit di kepala saya selama ini. Sebagai orang yang memang hobi dan sudah nyemplung di dunia teknologi, imajinasi saya akan masa depan pasti tidak jauh-jauh dari visualisasi di dunia software engineering atau di dunia teknologi grafis. Tapi hidup laksana air yang mengalir, kita tidak tahu kelak akan bermuara dimana. Manusia hanya mampu bermimpi dan berjuang, tapi tetap takdir yang menggariskan.


Cerita ini dimulai setelah proyek Turn Around Pertamina RUIV Cilacap tahun 2019 lalu. Pada bulan Januari 2020 salah satu tim TA Pertamina RU IV Cilacap, Pak Effendy, menawarkan pekerjaan PMC (Project Management Control) untuk proyek Pitstop Pertamina RU VI Balongan bulan Maret 2020. Awalnya saya ragu untuk join lagi, terlebih saat itu tender saya sebagai freelancer hampir tembus di salah satu calon klien saya. Namun dikarenakan satu dan lain hal tender saya gagal, dan akhirnya memutuskan untuk mengiyakan tawaran dari Pak Effendi

Untuk yang sama sekali belum mengerti apa itu Pitstop dan Turn Around, sebenarnya tidak jauh berbeda pengertiannya, sama-sama event maintenance equipment kilang tahunan. Jadi dalam 1 tahun ada 1 event maintenance besar-besaran, beberapa area di kilang akan shutdown, kemudian equipment nya akan dibersihkan atau diganti dengan equipment yang lebih baru. Ada puluhan perusahaan kontraktor yang bekerja, puluhan alat berat, hingga ribuan orang yang bekerja di dalamnya. Perbedaanya, Pitstop skalanya sedikit lebih kecil dari Turn Around (CMIIW). Peran PMC dirasa begitu penting karena PMC berperan sebagai tim yang mengontrol kontraktor-kontraktor yang bekerja di dalam kilang agar bekerja on schedule. Terlambat sedikit tidak terlalu masalah asalkan tidak melebihi tanggal kilang harus Startup atau dinyalakan. Karena terlambat startup 1 hari, maka akan ada kerugian milyaran rupiah yang harus ditanggung Pertamina.

Bulan Maret tanggal 10 saya dan rombongan tim Cilacap berangkat menuju Indramayu. Jaraknya cenderung dekat kurang lebih 4-5 jam via darat. Oh iya, Balongan itu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Indramayu, kabupaten yang terkenal dengan buah mangganya dan luasnya lahan pertanian. Pada proyek ini, saya ada di bawah bendera PT PBAS (Patra Badak Arun Solusi), salah satu anak perusahaan Pertamina yang bisnis utamanya adalah tenaga service untuk Pertamina.

Selain menjadi PMC, saya juga ditunjuk menjadi ECT Integrator bersama 2 senior saya yang lain. ECT singkatan dari Eddy Current Test, sebuah metode untuk menguji material sebuah pipa apakah masih layak pakai atau tidak dengan memanfaatkan medan magnet. Sebagai integrator, saya harus mengintegrasikan informasi dari belasan kontraktor cleaning, lalu equipment nya dibuat skala prioritas berdasarkan tanggal startup dan tingkat kritikal nya, kemudian mengarahkan kontraktor ECT yang hanya berjumlah 2 perusahaan untuk mengeksekusi puluhan equipment tersebut. Total kurang lebih ada 8000an pipa yang harus mereka cek. Seru dan bikin deg-degan karena dimarahin terus hahaha..

Contoh proses Eddy Current Test

Semua proyek pasti tidak luput dari ketidakpuasan. Namun proyek Balongan ini terasa sangat berkesan bagi saya pribadi. Kali ini saya bisa bertemu dengan lebih banyak orang, bertemu mandor level rasa abang sendiri hingga level preman, bertemu dengan anak-anak muda PBAS Jakarta yang kocak friendly banget, bertemu dengan exPert yang ramah banget kayak bapak sendiri, dan juga para freelancer profesional di dunia migas yang tidak pelit dalam berbagi ilmu. Tak terkecuali, bisa bekerja bersama kembali dengan tim TA Cilacap yang berangkat ke Balongan yang sudah serasa saudara sendiri. Oh iya satu lagi, Covid50 virus dari Dumai yang super "berkesan" 😁

Foto bareng dengan ladies nya PBAS


Foto bareng dengan PBAS Jakarta


Bersama Pak Suhaimi bapak kita semua dan Pakbro Arief


Rombongan Cilacap dan Pakbro Arief

Ryan PDKT mencari istri solehah, alhamdulillah akan tambah satu saudara seimanku 😁


Tanggal 11 April proyek selesai dan tentu saja kami dipulangkan. Bekerja di tengah pandemi Covid19 tentu membuat proyek kali ini memiliki cerita tersendiri. Tapi jujur saja, di Balongan sama sekali tidak ada rasa-rasa sedang berada dalam pandemi. Semua tetap bekerja seperti orang normal. Masih desak-desakan pas masuk ke dalam kilang, masih bejubel ketika naik truk mengangkut pekerja ke area kerja. Cuman ketika masuk ke dalam kilang, kami wajib melewati bilik disinfektan yang sering mati 😅. Semoga tidak ada yang positif Covid19 di dalam kilang. Namun demi menjaga kesehatan keluarga, mamami bojoku inisiatif menyewakan kos untuk tempat tinggal sementara dan melakukan karantina mandiri. Hehe, terimakasih bojo yang care-nya kebangetan.


Post a Comment

1 Comments